51 Tahun Pelestari Burung Indonesia

POLAKICAU – 51 Tahun Pelestari Burung Indonesia (PBI) menjadi organisasi burung tertua ditanah air. Tahubn 1973 wadah ini terbentuk yang diprakarsai para penghobi burung, yang umumnya kalangan penjabat dimasa itu. Kini Tak terasa sudah 51 Tahun organisasi ini berdiri.

51 Tahun Pelestari Burung Indonesia

Disini Merangkum aktifitas dan kegiatan PBI dari masa kemasa yang dihimpun berdasarkan seumlah nara sumber yang pernah dan turut terlibat lahirnya organisasi tersebut, salah satu diantaranya H Dodot Kasdarius yang diakhir masa jabatnya di PBI Pusat sebagai ketua Dewan Pengendali Penertiban Lomba Burung (DPPLB).

Diawal masa pemerintahan ode baru, hobi burung juga di gemari semua kalangan, tak terkecuali para pejabat di masa itu. Beberapa founder atau pendirinya ada Kamuil Usman, D Azhari, dan lainnya, di tahun 1973 mereka membentuk satu perkumpulan bernama Perhimunan Burung Indonesia.

Sejak di bentuknya organisasi para penghobi tersebut mereka sudah dua kali menggelar pameran burung. Di Taman Ria Remaja, Senayan Jakarta pada tahun 1974 dan di Istana Wakil Presiden Tahun 1975. Sejumlah menteri seperti Budiarjo, Menteri Penerangan dan pejabat hadir di acara tersebut.

Sementara ditahun yang sama keberadaan pasar burung yang saat ini berada di kawasan Pasar Senen Jakarta Pusat menjadi sentral jual beli aneka jenis burung khususnya jenis burung berkicau. Para pedagang yang aktif di masa itu di antaranya ada Pak Sharbo, H Dodot dan sejumlah penghobi burung lainnya seperti Anton Saksono, mulai menggelar lomba di pelantaran pasar. Tujuannya hanya untuk meramaikan pasar burung, agar menarik para pengunjung.

Tim juri saat itu hanya 3 orang, dianataranya Sutopo, Arshad Dan Dr Sunji Manajer Taman Burung , Taman Mini Indonesia Indah (TMII). “Waktu itu pakem penilaian seadanya, pokonya yang penting di pasar burung itu ada kegiatan biar menarik pengunjung,” jelas H dodot pemrakarsa lomba dijaman itu.

Penyelanggara lomba saat itu Pesatuan Penggemar Burung Berkicau Indonesia DKI (PPBBI DKI). “PPBBI yang kami bentuk saat itu sebatas penyelenggara lomba burung di pasar,” lanjutnya.

Memasuki tahun 1976, pasar burung Senen dipindahkan ke Pasar Burung Pramuka Jakarta Timur. Di kota lainnya, peyelanggara lomba juga turut berdiri disetiap kota misalnya di Bandung ada pesatuan Penggemar dan Pedagang Burung Bandung. Mereka mengadakan kegiatan lomba di kawasan Kebun Binatang Bandung. Kemudian Di Bogor, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kegiatan lomba burung setiap tahunnya semakin berkembang sejak tahun 1976 hingga tahun 1978.”Meskipun berbeda organisasi dulu kami tetap kompak bersatu saling mendukung,” Kata H Dodot.

Baca Juga :Sri Kandi Cup 3 Feat Masterpiace Arena

Tahun 1978 menjadi puncak kemeriahan lombaburung di sejumlah kota besar tanah air. Jenis burung cucakrawa, Hwamei, murai batu, poskay, kenari dan lainnya menjadi kelas paling favorit dan diminati semua kalangan. bahkan khusu jenis cucakrawa sekali gantang dalam satu sesu bisa menjapai 300 ekor peserta burung.

Kemeriahan lomba yang semakin semarak yang akhirnya keluar maklumat dari kementrian lingkungan hidup, Menteri Negara Lingkungan Hidup Dan Kendudukan Prof Dr Emil Salim ketika itu memberikan maklumat untuk mengendalikan penangkapan burung secara besa besaran di alam luar dan menghindari kepunahan lomba burung di hentikan..

Loma di DKI Jakarta yang pertama kali yang dilarang. Padahal saat itu sebuah lomba besar sudah dipersiapkan untuk diselenggarakan, izin keramaian sudah siap ditangan begitu juga peserta luar kota sudah berdatangan. Apa daya, makluman dari pak mentri tak bisa di toleransi.

Saat itu lapangan dijaga ketat satu truk petugas keamanan lengkap besenjata, lomba besar yang di perkirakan bakal meriah akhirnya dibatalkan. “Sejak itu kegiatan lomba burung nyari vakum,” terangnya.

Memasuki tahun 1980 para pegiat lomba burung mencoba bernegosiasi kepada kementrian yang memiliki kebijakan saat itu. “Kami dan teman-teman menghadapi ke pak Emil ketika itu,” Lanjut H Dodot.

Izin penyelenggaraan lomba akhirnya keluar, dengan catatan dibatasi hanya burung-burung impor yang diperbolehkan diantaranya seperti burung hwamei, poksay, kenari dan sejenisnya.

Akhirnya memasuki tahun 1984 lomba burung kembali belaangsung semarak. Di tahun 1985 tokoh pendiri PBI diantaranya Kamil Usman mendatangi para pegiat lomba burung di Pasar Burung Pramuka. Dia menyarankan organisasi burung yang ada saat itu sebaiknya di jadikan satu, hanya satu wadah organisasi dibawah naungan PBI, seperti halnya p3si organisasi burung Perkutut.

Disebuah anjungan wisata di Taman Mini Indonesia Indah mereka menggelar rapat anatara para penghobi, penyelenggara lomba maupun tokoh pedagang pasar burung. Merekapun akhirnya sepakat, berada dalam naungan PBI. Dr Sumoro menjadi ketua PBI pertama pasca bergabungnya para penyelanggara lomba.

Dua tahun kemudian, ketua PBI diganti oleh  Dr Made Sri Prana dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia  (LIPI) yang saat itu juga menjabat Manajer Taman Burung di TMII. Sesuai visi dan misinya organisasi ini yang bertujuan untuk pelestarian, nama Perhimpunan Burung Indonesia berganti nama menjadi Pelestari burung Indonesia. Cabang-cabang baru pun berdiri  dikota-kota lainnya.

Dibawah kendali PBI akhirnya kegiatan jadual pameran atau lomba berlangsung rutin. Mereka tetap mengacu pada aturan yang ada di AD/ART mulai dari jumlah jenis burung yang boleh dilombakan dan ketentuan lainnya. H Dodot  ketua DPPLB  dan Hartono Sragen Ketua Bidang Organisasi menjadi dua motor penggerak kegiatan lomba dimasa itu. Pakem penilaian mengacu pada irama lagu, volume dan fisik.

Baca Juga : Road Show Tangsel De Acar

Seiring berjalan nya waktu, terbentuklah cabang-cabang PBI disetiap kota seluruh Indonesia. Latihan-latihan rutin mulai digelar di lapangan masing-masing. Khusus di Jakarta lapangan Pakuwon Kencana Estate di kawasan Jelambar menjadi arena latberan yang paling popular dimasa itu.

Kemudian dipertengahan tahun 90an lapangan berpindah ke Taman Buaya dan Hutan Kota Pluit Jakarta Utara. Lapangan ini juga menjadi barometer kicaumania khususnya di Jabodetabek dan sekitarnya. Lapangan Pluit inipun menjadi arena paling diminati dan memiliki prestise dan gengsi tersendiri buat  para pesertanya.

Dalam Munas  di Jakarta 2013, H Bagiya Rahmadi SH menggantikan Dr Made Sri Prana sebagai ketua PBI Pusat hingga saat ini.

Seiring ditengah merebaknya organiser-organiser lain, keberadaan PBI  sampai sekarang masih tetap eksis. Even-even nasionalnya yang prestise dan bergengsi seperti Piala Raja di Jogya, Piala Gubernur Jatim (Pakde Karwo Cup) dan kini Khofifah Cup masih punya daya tarik dan ditunggu serta memiliki magnet tersendiri buat kicaumania tanah air untuk menyambanginya.

Yang utama PBI tidak hanya menggelar lomba tapi juga sudah sejak lama sukses mengembangkan konsep pemanfaatan sumberdaya burung secara lestari, diantaranya lewat program pelestarian  budidaya penangkaran  burung oleh para anggotanya terutama  burung-burung endemik atau asli  wilayah Indonesia. Selamat hari jadi Pelestari Burung Indonesia yang ke 51.

Baca Juga : Bali Canary Festival 2024

 

One thought on “51 Tahun Pelestari Burung Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *